Sabtu, 26 November 2016

Gula Tare, Si Permen Ternate Yang Nyaris Punah



Namanya gula tare, cemilan manis khas dari Ternate ini sangat digandrungi warga setempat pada era  tahun 1950an.
Entah siapa yang memberi nama  tapi dalam bahasa daerah Ternate, Tare  mempunyai arti tarik, jika diartikan Gula Tare adalah gula tarik.

Cemilan  manis berwadahkan  bulu  atau bambu, ini dijual seharga lima rupiah perpotong pada waktu itu (1950).

Saat ini keberadaan gula tare di Ternate  mulai langka, banyaknya serbuan  permen baik lokal maupun import, membuat cemilan kegemaran anak-anak itu lambat laun mulai dilupakan.

Dari sekian banyak pembuat gula tare di Ternate, kini hanya  tinggal satu pengrajin saja.
Satu-satunya  pembuatan gula tare yang saat ini masih eksis menerima pesanan dapat ditemui di Kelurahan Soa  lingkungan Akebooca Kota Ternate Tengah.

Adalah  H. Yunus Robo  dari tangan dingin beliaulah gula tare  masih bisa kita nikmati hingga saat ini. pria berumur 65 tahun ini menjadi  satu-satunya pembuat gula tare yang  hingga saat ini masih menggeluti pekerjaan tersebut.

H. Yunus, Pembuat Gula Tare Generasi ke III

Dibantu istri dan anak perempuannya geliat usaha gula tare ini masih terus berjalan hingga saat ini.
Proses pembuatan gula tare bikinan Ketua RT 03 ini, semuanya masih  serba tradisional. Mulai dari alat giling tebu yang masih menggunakan batang pohon kelapa, hingga proses masak yang masih memakai  tungku dengan  bahan bakar kayu.

Di rumah miliknya yang sederhana dan hangat  H. Yunus dan keluarganya mengolah gula tare untuk dijual.  Harganya  beragam, mulai  dari 40 ribu rupiah hingga 70 ribu rupiah.  Itu juga tergantung panjang bambu yang diisi  karamel (cairan gula).

Uniknya bahan dasar gula tare yang berasal dari tebu itu  ditanam sendiri oleh   Pak Haji  dan keluarganya.
Di lahan seluas  400 meter persegi  tak jauh dari rumahnya, ratusan pohon tebu ditanam. Penanaman  dan pengambilan tebu untuk bahan dasar pembuatan gula tare, diawasi langsung oleh pak Yunus. Karena  tebu yang dipanen harus  yang berkualitas, ini untuk menjaga cita rasa gula tare agar tetap nikmat  meski disimpan dalam waktu yang lama.

Panen juga tidak boleh sembarangan,  pohon  tebu tidak boleh dipotong. Tapi dicabut hingga ke akarnya.  Bekas cabutan pohon tebu  akan ditanam dengan bibit  baru, agar  tumbuh tebu  yang kualitasnya bagus.


Proses pembuatan gula tare sendiri, terbilang gampang-gampang susah. Awalnya  tebu yang sudah diambil dari kebun  dipotong-potong lalu dicuci bersih, kemudian  digiling di alat penggilingan yang terbuat dari batang pohon kelapa.

Hasil perasan air tebu ini lah yang kemudian dimasak hingga menjadi cairan gula (karamel).
Proses memasak  juga tak boleh asal-asalan.  Air tebu yang sudah mendidih, harus ditapis dan diambil buihnya.  Cara ini dimaksudkan agar gula tare, bersih dari ampas.


Setelah benar-benar berbentuk karamel, H. Yunus biasanya akan mengetes apakah cairan gula tersebut sudah bisa di masukkan ke wadah bambu atau belum.
Sebuah baskom  berisi air bersih kemudian ditetesi karamel, lalu ditarik, jika dengan cepat membeku didalam air, maka dipastikan  gula tare sudah siap dikemas.

Tak seperti permen modern pada umumnya yang di kemas dengan apik, jadi jangan heran jika kemasan gula tare, adalah bambu karena disitulah letak  keunikan gula tare. Di bambu yang sudah di bersihkan itulah  cairan gula  (karamel) dimasukkan dengan hati-hati.





Menurut Pak H. Yunus, bambu dipilih menjadi wadah gula tare sudah sejak dari dulu.  Karena selain bahan baku bambu mudah dapat sifat bambu yang dingin  akan cepat membekukan karamel hingga menjadi gula tare untuk  siap dijual.

"Dulu waktu saya punya Kakek yang bikin gula tare  bambu ini kita tanam sendiri. Tapi sekarang yang kita tanam sudah mati, jadi harus beli" kenang pria paruh baya itu.

Setelah karamel dimasukkan ke dalam wadah bambu gula tare  kemudian didiamkan kurang lebih 1 jam. Setelah benar-benar dingin,  bambu yang sudah diisi gula tare lalu dikupas bagian kulitnya.
Hasilnya  gula tare  pun siap untuk dijual ke pasar. Jika akan dikonsumsi gula tare biasanya  dipotong kecil-kecil. Saat ini satu potong kecil dijual dengan harga seribu rupiah.

Usaha pembuatan gula tare saat ini sudah masuk ke generasi ke empat, pria sederhana ini  mengaku, sudah menyerahkan sepenuhnya pembuatan gula tare kepada anak perempuannya yang bernama Aisun.

"Usaha ini dibangun oleh Kakek saya pada tahun 1950 semua tidak ada yang berubah  alat giling batang pohon kelapa ini, kalau sudah rusak kita ganti.  saya harus bayar orang untuk potong pohon kelapa dan angkat ke sini. Saya sudah tua  usaha ini anak saya Aisun yang melanjutkan", jelas Pak Haji .


Proses Memasak Gula Tare

Ia juga mengatakan, dari proses pengambilan tebu, penggilingan dan merawat kebun, ia harus mengupah orang sebesar Rp. 150.000, untuk satu kali produksi. Jika dihitung ongkos produksi mencapai Rp. 350.000. Belum lagi ia harus mengupah orang yang berjualan di pasar untuk menjual hasil produksi gula tare miliknya. Keuntungan bersih dari penjualan gula tare bisa mencapai Rp. 200.000 sekali produksi.

Karena biaya pembuatan gula tare terbilang tinggi,  H. Yunus membatasi produksi gula tare.   Dalam satu bulan hanya satu kali produksi. terkadang ia menerima pesanan dari orang, itupun harus 10 bambu agar bisa menutupi mahalnya biaya produksi.

Salah Satu Pekerja Yang Membantu Pembuatan Gula Tare

Meski harus bersaing dengan permen buatan pabrik, yang jauh lebih murah dan tersebar di pasaran. Namun  lelaki  dengan 4 putra ini yakin, usaha gula tare miliknya akan tetap bertahan. Ia yakin karena gula tare  punya pasar sendiri.

Seiring berkembangnya teknologi, H. Yunus saat ini boleh berbangga.  Karena kini penjualan gula tare  sudah dipasarkan  secara Online. 


 Gula Tare Yang Siap Di Pasarkan

Ide cerdas ini berawal dari sebuah postingan di Facebook  beberapa bulan yang lalu.  Mendadak pesanan pun berdatangan. Maklumlah  gula tare adalah cemilan kegemaran anak-anak sejak jaman dulu.
Otomatis banyak yang ingin bernostalgia  menikmati kenangan masa kecilnya lewat si manis gula tare.

Penulis Mencoba Alat Giling Tebu Tradisional

Penjualan laris manis  dari produksi sebulan sekali  saat ini pria yang menjadi imam mesjid di tempat tinggalnnya itu  harus ekstra membuat gula tare seminggu sekali. Itu pun di batasi dengan sekali produksi cukup 50 buah bambu.
"Alhamdulillah, sejak ada promosi lewat Facebook  orderan gula tare mulai banyak. tapi kita batasi 50 buah bambu untuk satu kali produksi.  Kendalanya dimesin penggiling,  kita belum punya mesin giling modern,"  ujar  Pak  Haji.


H. Yunus saat Menggiling Tebu

Jika dulu, pendapatan dari hasil penjualan gula tare tak semanis rasanya.  Kini H. Yunus dan keluarganya nyaris kewalahan mengatasi orderan yang datang dari pelanggan. Pelanggan pun tak perlu bersusah payah mencari dimana gula tare di jual. Hanya dengan melakukan pemesanan lewat facebook   gula tare bisa langsung sampai di rumah anda.
Usahanya  untuk melestarikan Permen Ternate, akhirnya mendapat sambutan cukup luar biasa dari penggemar gula tare.

Gula Tare 

Dari penjualan secara online  ia bisa mendapatkan keuntungan yang cukup lumayan. Sekali mendapat orderan  pundi-pundi keuangan keluarga itu bertambah.

Gula tare, si Permen Ternate, kekayaan kuliner masa silam yang sampai detik ini masih dijaga oleh  keluarga H. Yunus. Tak banyak harapan yang terlintas dari bapak berputra empat itu. Bersama keluarganya ia  hanya berharap bisa terus melestarikan apa yang sudah diwariskan para tetua terdahulu. "Titip salam buat Pemerintah Kota khususnya Pak Walikota Ternate agar kiranya sudi memberi bantuan mesin giling untuk membantu kami," pungkasnya. (Wiwied Ichsan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar